Thursday, March 19, 2009

"Ma Yan", sebagai pengingat besarnya berkah hidup yang selama ini sering kali diabaikan

berawal dari sms ...


tice : assalamualaikum, halo jeng, pa kabar?dgr2 km mo ke sby ya?kpn?sampe kpn? bs ke toko buku kan?kmrn2 kan kita blm sempat ke toko buku.ris, blsnya ntar2 aja juga gpp klo km lg sibuk.


.....senyum2 sendiri, sambil nge-search buku di kutubuku.com. "tice ini, ternyata masih berusaha....hahahahaaa...."


riris : weh...iya ce, insyaallah sabtu pg nyampe sby.tice ke kampus jg kan?drpd tar gak jadi lg, gmn klo tice aja yg bli bukunya, tar kan kita ketemu di kampus.


.....membandingkan buku2, dari sekian banyak wishlist-ku...


tice : iya,sabtu ke kampus.ke graha jm brp?biar aq tar jg jam segituan ke kampus.bukunya apa?tar aq cariin.


.....sudah menentukan..."yang ini aja"


riris : kretanya sih nyampe gubeng jm8.20 dijemput yekti, ya mngkin jm10an gt ke graha, aq lg pengen buku jdlnya "Ma Yan". tp klo g ada, ya terserah tice mo bliin apa.makasih y ce


tice : laksanakan bu, tar bsk aq coba cari.tp emang judulnya gt ta? ok, sampe ketemu dikampus


riris : iya ce, judulnya mang gt."Ma Yan".sip, suwun ya..


.....dan buku itu sudah ada ditanganku, dan sudah tamat kubaca.


9106-ma_yan2



"Ma Yan"


Sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata di sebuah perkampungan gersang di Zhangjiashu, Ma Yan lahir dari keluarga muslim yang miskin. Di desa yang sebagian perempuannya menikah muda, serta kesempatan besar untuk bersekolah hanyalah hak istimewa anak laki-laki, tidak membuat surut semangat Ma Yan untuk sekolah. Di daerah Zhangjiashu yang miskin dan terbelakang sebagian besar keluarga hanya memiliki pendapatan US$ 15 setahun. Dengan penghasilan seminimal ini, pendidikan adalah mimpi bagi sebagian besar penduduk. Namun Ma Yan bukanlah gadis yang mudah menyerah. Dia rela berjalan 5 jam di tengah hantaman musim dingin menempuh jalan panjang ke sekolah. Kakinya bengkak, badannya letih, namun hatinya tetap hangat dengan harapan. Sekolah adalah api yang menyalakan mimpi-mimpinya. Pernah suatu ketika, Ma Yan harus menghapus jadwal makan siangnya selama 15 hari hanya untuk membeli sebuah pena. Betapa besar pengorbanan Ma Yan, tapi betapa kuat tekadnya untuk tidak dimangsa nasib yang setiap saat bisa menghempaskan fondasi ekonomi keluarganya yang rapuh.


Novel ini diangkat dari kisah nyata Ma Yan yang jurnal hariannya pernah diterbitkan ke dalam bahasa Prancis. Dari bahan tulisan yang berserak dan berita-berita sekitar kehidupan Ma Yan, utamanya buku harian Ma Yan, (Sanie B. Kuncoro)



Aku berkali-kali menangis saat membaca buku ini, mengharu biru…bagaimana seseorang harus berjuang keras hanya untuk sesuap nasi, sebuah pena, jadi menengok ke diri ini…sudah berapa sering aku bersyukur kepadaNya, seberapa besar aku bias berbagi, seberapa taat aku pada Nya,….


Dibuku ini diceritakan bagaimana keteguhan seorang ibu dalam mengurus keluarga, berbakti pada suami, memperjuangkan supaya anak2nya tidak bernasib sama dengan dirinya, keluarga tersebut yakin bahwa bersekolah adalah persemaian masa depan. Jadi ingat ibuku yang selalu mengkhawatirkan kedua anaknya yang tidak ada di rumah…terima kasih ibu…insyaallah bulan depan aku pulang…semoga anak lanang adikku tersayang juga bs izin dari pondok gontor, kami sudah janjian.


Disisi lain semakin terpacu untuk lebih giat memahami ilmuNya. Jadi ingat kata2ku sendiri yang biasa aku gunakan sebagai penyemangat untuk adik2ku di BEM “Sesuatu yang layak dikerjakan, harus dikerjakan dengan sebaik2nya”, dan kadang2 aku sendiri yang melupakannya..


Yup, so harus selalu semangaaaattttt….semua harus diperjuangkan!!!!


7 comments:

  1. hee.. pertama, kaget dengan judulnya Ma "Yan"
    Jadi yan itu nama china juga ya, hehe (*inget sama china yg manggil namaku Mr "Yen")

    Aku miris membaca bagian ini Ris, "Pernah suatu ketika, Ma Yan harus menghapus jadwal makan siangnya selama 15 hari hanya untuk membeli sebuah pena. " Jadi malu karena kita belum apa2, dan jadi ingin bersyukur. Dan karena ttg anak Muslim yg bikin cerita ini lebih mengena di hati. Sepertinya layak jadi list buku yang harus dibaca. Makasih infonya dan tetap semangat.

    ReplyDelete
  2. Yup, nama cina. tp dibuku tsb tdk disebutkan artinya.

    membaca cerita ini benar-benar miris, Ma Yan harus berjalan sejauh 20km ke sekolah, klo lagi ada saja uang dia bs menumpang traktor. ketika di asrama, makan pagi hanya minum teh, makan siang hanya nasi putih, makan malam hanya roti kukus. seminggu dikasih uang saku 1yuan untuk membeli sayur (ketika makan siang) dan peralatan sekolah. Dan uang saku 1yuan itu tdk dia terima setiap minggu, karena orang tuanya tidak selalu cukup uang untuk memberi uang saku anak2nya..

    yg plg menyedihkan ketika Ma Yan menginginkan pena seharga 2yuan, maka dia harus menyimpan uang sakunya 2 minggu dan dengan konsekuensi saat makan siang, dia hanya akan makan nasi putih dingin, hambar, tanpa rasa apapun karena dia tdk punya uang untuk membeli sayur...

    yaaahh....ketika menengok ke diri kita, betapa beruntungnya kita memiliki lingkungan yang berpendidikan (sedangkan ayah Ma Yan hanya veteran perang, ibunya buta huruf), klo mau makan tinggal pilih mo makan apa (sedangkan Ma Yan berusaha menelan nasi putih hambarnya dengan air supaya tertelan dengan akibat perutnya kembung setelah itu karena kebanyakan air)..
    dan banyak hal yang dapat mengingatkan kita akan betapa besarnya nikmat Allah, sungguh betapa kufurnya klo kita tdk bersyukur...

    Semoga buku ini ada kelanjutannya, seperti laskar pelangi
    betapa besar perjuangan akan terlihat besar pula hasil yang diperoleh...(masih penasaran bagaimana nasib Ma Yan kini...karena di diary2nya tertulis tahun 2000an..)

    setiap kisah selalu bisa diambil pelajaran, karena sekecil apapun kejadian atas izin Nya..

    buku ini sangat layak buat masuk list bacaan yang wajib dibaca..hehehee....

    ReplyDelete
  3. ehm . . .
    saya belum pernah membaca novel ini dek,
    tapi pernah membaca resensinya di Jawa Pos Minggu.
    Dan satu kesimpulan saya, Bagus!!

    Di situ ditulis, bahwa kekuatan niat dan kekuatan doa membawa banyak mukjizat bagi kehidupan keluarga Ma Yan.

    Yup! banyak novel bagus yg membuat kita utk senantiasa mengisi pundi-pundi rasa syukur kita :)

    ReplyDelete
  4. Yup...novel ini memang inspiratif...oh iya mbak, kisah Ma Yan ini layak diceritakan kepada murid-murid mbak Yuli, bahwa mereka selayaknya belajar lebih giat karena segala sarana, biaya, dukungan keluarga sudah ada....giat belajar sebagai wujud rasa syukur juga....sehingga tidak ada alasan untuk bermalas-malas...

    ReplyDelete
  5. Dear Riris,
    Terimakasih ya, atas kebaikan hatimu membeli bukuku bagi temanmu. Juga untuk meluangkan waktu membaca dan mengulas Mayan. Sangat apresiatif.
    Bersyukur aku bahwa kau dan teman2 telah menangkap esensi kisah itu.

    ReplyDelete
  6. @ mbak Sanie B Kuncoro

    selamat mbak, novel yang sangat inspiratif, tapi saya masih penasaran kondisi Ma Yan saat ini...

    di tunggu karya-karya selanjutnya...

    ReplyDelete
  7. belom baca, dan sepertinya perlu dibaca. tengkyu...

    ReplyDelete