Cermin dalam pelajaran Fisika biasanya didefinisikan sebagai suatu benda yang dapat memantulkan bayangan benda lain dengan sempurna. Berdasarkan permukaannya, cermin dapat dikategorikan sebagai cermin dengan permukaan datar, cermin cekung dan cermin cembung. Kalau pembahasan cermin secara optikal ini berlanjut, maka akan muncul istilah semacam sudut pantul, sinar datang, sumbu utama, titik fokus bahkan perbesaran. Iya gak sih? Hayaah, padahal bab optikal ini adalah bab yang tidak saya sukai dalam Fisika.
[caption id="attachment_1966" align="aligncenter" width="300"]

Kalau secara optikal, yang namanya cermin itu katanya dapat memantulkan bayangan benda dengan sempurna. Bahkan dengan cermin datar, hanya butuh 1/2 dari tinggi benda, maka cermin tersebut dapat memantulkan semuanya. Disadari atau tidak, dalam menjalani hidup sehari-hari, kita juga punya cermin. Orang-orang di sekeliling kita merupakan cermin hidup yang akan memantulkan karakter diri kita. Kita bisa melihat refleksi diri kita dari pandangan orang lain terhadap kita.
Kita memang harus bercermin. Untuk mengetahui keadaan kita saat itu, untuk "merapikan" diri kalau ternyata kita sedang "berantakan". Tetapi toh sebenarnya, yang paling tahu diri kita adalah kita sendiri. Apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, nilai-nilai apa saja yang kita pegang, apa tujuan hidup kita, kita sendiri lah yang paling tahu. Hasil bercermin dapat kita jadikan evaluasi diri, tetapi kurang bijak ketika menggunakan sepenuhnya sebagai referensi. Karena cermin non-optikal itu tidak bisa memantulkan bayangan kita secara sempurna. Tergantung dari "permukaan cermin", "tinggi cermin", "titik fokus" bahkan jarak cermin dengan kita.
bercermin bareng yuuk :)
ReplyDeleteapa kabar ?
bercermin ke diri sendiri, itu hal yang sangat susah karena diri ini sudah dipenuhi dengan pembenaran terhadap diri sendiri dan penyalahan terhadap diri orang lain. maka dibutuhkan 'bayangan' yang netral yang kita tidak akan marah dan membencinya ketika bayangan tersebut bercerita tentang diri kita sebenarnya :d
ReplyDeletedan tergantung kita juga, mau dengan tulus mengakui kekurangan ketika bercermin, atau justru acuh tak acuh
ReplyDeletemenatap diri di depan cermin dan melihat siapa kita sebenarnya bukan hal yang mudah dilakukan.
ReplyDeleteSaya gak bisa lepas dari cermin, walaupun saya gak ganteng2 banget. :P
ReplyDeleteayuuukk.. :)
ReplyDeletealhamdulillah baik, mbak el apa kabar?
iyoo, bener banget mas. Ketika baca komen mas dion trus membandingkan dengan postinganku, tiba2 aku ngerasa egois..
ReplyDeleteyupp..semoga kita bisa bijaksana mengakui dan memperbaiki kekurangan..
ReplyDeleteiya, tapi memang harus dilakukan
ReplyDeletehooo..ganteng/cantik/tidak memang harus sering bercermin..haha
ReplyDelete