Wednesday, October 17, 2012

Cup Cap Cup

[caption id="attachment_1529" align="aligncenter" width="320"] Sms Ibu[/caption]


Itu sms ibu saya. Ini tentang seorang anak kelas 4 Sekolah Dasar, panggil saja namanya Emul. Selain Mintul, Emul ini memang hiburan sehari-hari ibu saya ketika kami anak-anaknya tidak di rumah. Minggu ini di sekolahnya sedang diadakan ujian tengah semester. Ada soal dengan pilihan ganda, ada soal dengan mengisi jawaban. Untuk soal pilihan ganda yang sulit, si Emul mempunyai trik "cup cap cup" ini. Jadi dia merapal mantra ajaibnya sambil menunjuk bergiliran pilihan (a,b,c,d) di kertas ujiannya. Entah bagaimana permutasi penunjukan yang dia lakukan. Dimana pilihan ditunjuk saat mantra habis, itulah jawabannya.


Membahas tentang Emul di pagi hari dengan Ibu memang tidak ada habisnya. Selalu ada yang baru, selalu ada yang lucu. Eh, jadi ingat jaman sekolah dulu ya, apa metode yang digunakan ketika menemukan soal pilihan ganda yang tidak ada ide untuk menjawabnya?


Dulu untuk soal yang benar benar tidak bisa ditebak, bahkan saya tidak melihat soal lagi, tidak melihat pilihan jawaban, tidak merapal mantra, tidak menghitung kancing baju. Saya fokus pada lembar jawaban, melihat yang masih kosong, lalu membuat pola. Bisa zigzag, bisa lurus, bisa acak sesuai perasaan.


Mungkin di luar sana masih banyak cara-cara aneh lain yang digunakan untuk menjawab soal pilihan ganda. Di satu sisi memang bisa dijadikan bahan candaan tetapi di sisi lain, seperti inikah salah satu potret pendidikan di Indonesia? Bahkan ujian nasional yang notabene dijadikan salah satu syarat kelulusan (sebelumnya malah satu-satunya syarat) adalah soal pilihan ganda.


Dengan soal pilihan ganda seperti ini kemungkinan besar tidak bisa membentuk pola berpikir, siswa diminta untuk memilih, dan pada akhirnya berpikir yang penting diisi entah bagaimana caranya. Pendapat dan seberapa pemahaman siswa tidak terlihat.


Bagaimana dengan sisi kreatif? Kreatif dalam hal jawaban mungkin tidak bisa dilihat juga, tapi kreatif dalam menebak jawaban mungkin iya, contohnya apa yang dilakukan si Emul ini. Hahaha..tertawa miris.

13 comments:

  1. wadew .. aku malah baru tahu mantra cup cap cup ini .. nggak kebayang kalau banyak siswa melakukannya

    ReplyDelete
  2. dulu jaman sekolah saya jug abegitu, Teh. kalau memang sudah mentok gak bisa menjawab suatu pertanyaan, langsung saja liat lembar jawaban dan diisi secara acak.

    kalau bener ya sukur, kalau salah ya uwis.... :P

    ReplyDelete
  3. nah itu mbak, semoga soal pilihan ganda ini diminimalisir saja..

    ReplyDelete
  4. haha . . . jadi inget sama murid2 saya, jangan2 mereka mengerjakan soal mid pekan ini juga dengan mantra itu, maklum hampir 2 bulan ditinggal gurunya cuti hehe.

    Itulah kenapa saya lebih suka membuat soal isian dan esay daripada PG.
    Jadi ingat guru MTK saya waktu SMP, beliau cerita ikut ujian CPNS (zaman dulu pelaksananya propinsi). Beliau mengerjakan tanpa melihat soal sama sekali, dibuat pola zig zag a a a a b b b b c c c c d d d d dst, hasilnya beliau lulus tes cpns hehe.

    ReplyDelete
  5. Hahaha...bisa jadi punya mantra lucu yang lain, semoga tidak..
    iya mbak, di gontor tidak pernah ada soal pilihan ganda, bahkan untuk matematika (berhitung dan soal, di gontor ada 2 jenis matematika) selalu dalam bentuk esay..

    ReplyDelete
  6. jaman dulu saya mah pake feeling doang. asal aja pilih jawaban kalo nggak ngerti. kalau ibu saya bilang, pilih yang anget. entah gimana caranya salah satu huruf itu bisa terasa anget -__-
    kalau teman saya lebih 'logis' sarannya. dilihat keseluruhan jawaban pilgan. biasanya jumlah soal yang jawabannya a, b, c, dan d seimbang. nggak mungkin yang jawabannya a terlalu banyak, dst. jadi, kalau yang jawabannya b masih terlalu sedikit, besar kemungkinan jawaban dari soal yang belum terjawab itu b. *halah, kenapa jadi panjang lebar begini?*

    kalau untuk mengetahui pemahaman siswa memang idealnya soal esai. tapi, tergantung yang membuat soal juga, sih. kalau soalnya tidak konseptual juga sama saja bohong.

    ReplyDelete
  7. hemm mungkin kalau jamanku dulu dengan menghitung kancing baju he he.

    Iya. seharusnya untuk ujian kelulusan minimal ada pertanyaan essay-nya. Sehingga siapa yang bener-bener paham dengan pertanyaannya, bakal terlihat dari jawabannya.

    Cuma ya begitu, ini kan masalah koreksinya ris. Kalau soal essay, mengkoreksinya bakal rumit juga. Ada subjektifitas yang mengkoreksi juga. Yaa serba salah juga sih.

    Tapi akan lebih baik, ada soal essay juga harusnya.

    ReplyDelete
  8. eh baru ngeh itu gambarnya print screen dari android. wow... mantabss

    ReplyDelete
  9. Waah..tips memilih yang anget ini unik juga..entah bagaimana caranya..hehe

    ReplyDelete
  10. Iya sih, klo adekku pernah nunjukin kunci jawaban soal-soal latihan. Untuk matematika jelas point2 penilaiannya, kalau soal yang lain ada kata kunci tertentu untuk tiap penilaian, jadi pengoreksinya berpatokan pada kunci jawaban yang telah dibuat tim ujian.

    ReplyDelete
  11. Hahaha..di sini sy jg udah print screen http://ririsnovie.wordpress.com/2012/10/04/mana-ekspresimu/

    ReplyDelete
  12. 5. Untuk soal pilihan ganda dikerjakan pada LJK dengan menggunakan pensil 2B dengan cara menghitamkan kotak di bawah huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban yang paling benar.

    ReplyDelete