Saturday, February 25, 2012

Gaya Dorong dan Gaya Tarik

Suatu ketika saya ngobrol di yahoo messenger dengan sahabat, entah awalnya sedang membahas apa, dia bilang, "iya, kita kan juga lebih seneng didampingi gitu, daripada digurui, haduh jadi kangen klo kita jalan berdua, kita bisa jalan sejajar, sambil ngobrol".


Kemudian saya menimpali, "Bener juga, mendampingi juga lebih ringan daripada menggurui, kayak mendorong lebih ringan daripada menarik".


 Lalu sahabat saya bertanya, "Maksude?"


Saya menjawab, "Entahlah, haha.. aku barusan dari indomart, kok selalu ya kalau ada pintu dengan 2 pilihan, dorong atau tarik, aku selalu memilih yang dorong, kan lebih ringan".




[caption id="attachment_953" align="aligncenter" width="300" caption="Dari google"][/caption]

Begitulah saya, suka lebay dalam memandang sesuatu, mengaitkan sesuatu yang mungkin memang terkait atau bahkan memaksa mengaitkan sesuatu yang mungkin tidak ada kaitannya. Tulisan-tulisan lebay itu ada di sini, yang ini, yang ini juga, dan yang itu.



Tapi beneran kan ya, mendorong itu lebih ringan dari menarik? Eh, seingat saya, di ilmu fisika definisi simpel dari Gaya(P) adalah tarikan atau dorongan. Sifat Gaya adalah mempengaruhi gerak benda dan mengubah bentuk benda. Dan Gaya itu banyak jenisnya. Mendorong berarti menggunakan Gaya dorong dan menarik menggunakan Gaya tarik. Ok, tapi saya tidak akan membahas jauh tentang itu. Kali ini lagi-lagi mendorong dan menarik versi lebay saya. Menarik dan mendorong dalam bermuamalah dengan sesama.


Mendorong itu semacam menambah kekuatan dan semangat. Lebih terkesan mendampingi dan memberikan dukungan. Orang yang kita dorong pun masih mampu mengendalikan ke arah mana tujuan akhirnya, tentunya tergantung juga besarnya dorongan yang kita berikan. Dalam bayangan saya, mendorong itu biasanya dari belakang. Semacam “Tut Wuri Handayani”, di belakang memberi dorongan.


Menarik itu membawanya ke arah kita. Tujuan akhirnya terkesan kita yang mengendalikan. Dalam bayangan saya, menarik itu biasanya dari depan. Yang ditarik seperti melihat kita. Jadi sebelum benar-benar siap menarik, kita harus memantaskan diri dulu tentunya. Semacam “Ing Ngarso Sung Tulodo”, di depan memberi teladan.


Terserah kita mau mendorong atau menarik, yang penting dalam koridor kebaikan. Persiapkan dengan baik ketika kita ingin mendorong dan persiapan lebih baik lagi ketika kita memilih untuk menarik. Karena :


“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.”


Al-Qur’an surah As-Saff surah ke-61 ayat ke 2-3.

2 comments:

  1. weits yang mantab itu bukan dorong-tarik, tapi pesan penutupnya :)

    ReplyDelete
  2. klau lagi "itu", yg enak juga pas dorongnya...

    ReplyDelete