Keluarga Imajiner, episode : Adek

Adek. Namanya Tatin Nurfauzia Ningsih. Ketika ada saya, Tantri, dan Tatin, pastinya sepakat dong kalau Tatinlah yang dipanggil adek. Dari segi umur pun, dia memang yang paling muda. Kalau dilihat dari wajah, kadang-kadang memang dia kelihatan yang paling muda. Tapi jangan salah, wajah mudanya itu kadang juga terlihat jadi paling tua. Wajah nenek-nenek #eh.

Adek. Dia tidak bisa menjadi orang lain. Dia ya dia, dengan segala idealismenya. Mungkin pernah dia mencoba sesuatu yang baru, tapi bila tidak nyaman, pasti akan segera ditinggalkan. Dia tidak pandai berpura-pura.

Adek. Entah, saya lupa gimana ekspresinya kalau marah, atau mungkin dia memang tidak bisa marah.

Adek. Selain mamah cantik, dia adalah orang yang menjadi objek keisengan saya. Lagi-lagi bukan karena saya yang kelewat iseng loh, karena dia juga gampang dibuli2. Lihat saja wajahnya, Cemaplok (wajahnya berteriak-teriak minta dikaplok). :)

Adek. Mungkin banyak orang tidak habis pikir tentang apa yang dia lakukan. Atau akan bilang ke dia “kok mau-maunya sih?”. Tapi itulah dia, orang yang ikhlas dalam melakukan sesuatu. Terserah orang lain akan komentar apa, gak akan ngefek.

Adek. Ingin tahu gimana artinya kerja keras? Tanyalah padanya.

Adek. Saya iri dengan seabrek kegiatan dakwahnya.

Adek. Kadang dia kesulitan menyampaikan ide-idenya, mengeluarkan pemikirannya. Jadinya dia butuh seseorang yang paham tentang dirinya, tahu apa yang dia inginkan dan dengan baik bisa menyampaikannya ke yang lain, nah orang itu saya. Ge-er banget, Haha..

Adek. Orang yang diajak ibu saya untuk foto keluarga. Iya, foto keluarga ketika saya wisuda oktober 2008 kemarin. Menggantikan adek kandung saya yang tidak bisa ikut ke surabaya.

Love you Adek :*