Thursday, March 29, 2012

Keluarga Imajiner

“Aku pengen nulis tentang keluarga imajiner”. Entah sudah berapa kali saya mengucapkan kalimat itu. Puncaknya sekitar tengah tahun kemarin, demi mendengarkan kalimat itu, Tatin membuatkan homepage dengan domain berbayar. Dan ternyata homepage itu hanya berumur beberapa bulan karena kalimat itu hanya sampai di mulut saya tanpa aplikasi yang jelas. Yang pasti karena saya malas.



Bismillah, mulai hari ini saya akan menulis tentang keluarga imajiner. Kali ini bukan janji, tapi semoga saya tepati. Sebenarnya sudah beberapa kali tulisan di blog ini yang menceritakan perjalanan saya dengan keluarga imajiner ini, seperti yang ada di sini, sini, sini lagi, dan sini. Namun itu hanya beberapa saja, masih banyak hal seru yang lain.


Saya ingin mendokumentasikan hubungan kami yang unik, tentang kasih sayang, persaudaraan, perjuangan, persahabatan, dan cita-cita. Akan indah dan membahagiakan jika nanti keluarga imajiner ini menjadi suatu organisasi yang dapat membantu sesama dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Dulu dan saat ini mungkin masih berupa mimpi, semoga suatu saat bisa terjadi.


Woww.. udah panjang ya, emang apa itu keluarga imajiner? Hmm.. salah satu definisi keluarga menurut kamus bahasa indonesia adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Oke, kami memakai definisi itu. Kalau definisi imajiner dalam bahasa indonesia adalah sesuatu yang khayal, hanya terdapat dalam angan-angan. Sebagai orang yang pernah kuliah di jurusan teknik elektro, apalagi bidang studi telekomunikasi, kami sangat akrab dengan bilangan imajiner. Bilangan yang didefinisikan dengan akar kuadrat dari -1 dan biasanya menggunakan simbol i. Bilangan khayal aneh tapi sangat penting untuk menyelesaikan perhitungan matematika. Aneh, khayal, tapi penting. That’s the point.


Sebagaimana akar kuadrat -1, munculnya keluarga imajiner ini juga sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kalau disebutkan semuanya bakal banyak sekali yang terlibat dalam keluarga imajiner ini. Namun, keluarga imajiner inti terdiri dari papah, kakak, adek, mamah ndut, anak kesayangan, mamah cantik, anak ntah dunno. Terdiri dari 7 mahasiswi teknik elektro, muncul di tahun terakhir kuliah.


Dalam pandangan saya, masing-masing anggota keluarga imajiner ini tidak berakting, hanya menjadi diri sendiri yang kebetulan dekat dengan profil seorang papah, kakak, adek, mamah ndut, anak kesayangan, mamah cantik, anak ntah dunno.


Gak percaya? Akan saya ceritakan. Saya adalah kakak di keluarga imajiner ini. Tulisan di blog ini yang terkait dengan keluarga imajiner hanyalah cerita dari sudut pandang saya. Semoga anggota yang lain bisa menambahkan. Fotonya ada di sini nih, Alhamdulillah sekarang semua sudah berhijab. Banyak sih foto-foto bersama yang dulu, tapi lebih baik jadi koleksi pribadi saja. :)




[caption id="attachment_1031" align="aligncenter" width="300" caption="Keluarga imajiner"][/caption]

Kali ini dicukupkan sampai di sini, selanjutkan masuk ke "Keluarga Imajiner, episode : Papah"




Dalam dekapan ukhuwah kita tersambung, bukan untuk saling terkait membebani. Melainkan untuk saling tersenyum memahami dan saling mengerti dengan kelembutan nurani


Buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" Salim A Fillah, halaman 238.


7 comments:

  1. [...] Hanya ingin upload foto-foto akhir pekan kemarin. Tanpa rencana yang matang akhirnya pertemuan keluarga imajiner terlaksana, walau memang mendadak, mendadak [...]

    ReplyDelete
  2. [...] terasa. Energi untuk meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Sore itu saya ngobrol dengan keluarga imajiner. Energi itu membuat saya lebih kalem, berbicara seperlunya, menanggapi obrolan dengan [...]

    ReplyDelete
  3. [...] kemarin saya janji ke keluarga imajiner untuk menulis tentang sesuatu, eh ternyata sampai hari rabu ini belum muncul juga itu tulisan. [...]

    ReplyDelete
  4. [...] Karena pool travel baraya lah yang paling dekat dengan tempat tinggal adek. Libur Idul Adha ini, keluarga kami merencanakan untuk bertemu. Tapi bukan di BSD, rencananya kami akan bertemu di tempat mamah, di [...]

    ReplyDelete
  5. [...] semua keluarga imajiner yang tinggal di wilayah “barat”, hanya saya yang belum pernah silaturahim ke tempat [...]

    ReplyDelete
  6. [...] tol cipularang, teringat perjalanan 20-21 April lalu yang belum saya dokumentasikan. Episode keluarga imajiner yang [...]

    ReplyDelete
  7. […] teringat saya. Antara bahagia dan sedih mendengarnya. Bahkan ketika saya menceritakan ini ke keluarga imajiner, mereka hanya bisa tertawa. Menertawakan hubungan absurd antara saya dan kucing. […]

    ReplyDelete