Seingat saya, dulu Taslim pernah bertanya: “Ris, klo menteri risteknya Angga gimana menurutmu? Aris minta pertimbangan nih”. Saya menjawab : “Gapapa, cocok aja, kayaknya orangnya lucu, menteri ristek itu jangan yang terlalu serius, ntar bisa gila dengan banyaknya kegiatan sepanjang tahun.”
Wanda Angga Winata, saya mengenalnya ketika Angga menjadi Kahima Sistem Perkapalan. Angga banyak membantu kegiatan Ocean Weeks kala itu. Seorang yang terlihat santai tapi pekerja keras. Komunikasi kami berlanjut ketika Angga akhirnya menjadi Menteri Ristek BEM ITS, menggantikan Taslim. Saya dan Taslim pernah diundangnya untuk bertemu dengan timnya, sekedar untuk berbagi pengalaman dan memberi semangat. Ketika saya ke bandung, Angga meng-add yahoo messenger saya, ada beberapa hal tentang ristek yang kadang dia tanyakan ke saya. Chatting terakhir dengannya, ketika dia mengabarkan sudah bekerja di perusahaan pertambangan dan ditempatkan di sulawesi. Bagi saya, dia sudah seperti adek.
Terakhir mendengar kabar tentang Angga, sekitar tengah tahun kemarin. Angga sakit dan sedang dirawat di salah satu rumah sakit di malang. Dan subuh tadi, 3 sms dari adek-adek saya yang lain, Anggoro, Nanin, Chika, berturut turut mengabarkan hal yang sama. Wanda Angga Winata meninggal tadi malem, di hari ulang tahunnya. Air mata sudah tak kuasa dibendung. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga Allah mengampuni dosanya, melapangkan kuburnya, memberikan tempat terbaik di sisiNya. Ya Allah, pasti saya juga akan mengalaminya, entah kapan.
Tentang Angga, saya jadi teringat 5 tahun lalu. Kabar sedih yang sama saya terima dari keluarga Ristek BEM ITS.
Hari itu hari terakhir UAS semester 5 saya, 16 januari 2007. Masih jelas di ingatan. Sore saya masih ke BEM, sebagai koordinator SC PIMITS, saya harus bertemu dengan teman-teman panitia yang lain. Saya pulang ke kos sebelum magrib. Sampai di kos, ada sms dari Rusman, temen elektro yang juga di BEM, mengabarkan kalau mas Kun meninggal dunia. Air mata sudah tak kuasa dibendung. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Serasa tak percaya. Esoknya, kami berangkat ke madiun dengan bis ITS, langsung ke pemakaman. Dedi Kuncahyono, bagi saya beliau adalah sahabat, kakak, partner tim, keluarga. Seorang yang masih tetap semangat di kondisi sakitnya. Masih mengirimkan sms penyemangat kepada kami, adek-adeknya. Kalimat terakhir mas kun yang masih saya ingat “Kalau udah sakit gini, masih bisa bernafas saja, sudah sangat bersyukur”. Itu kalimat yang dikatakan mas kun, ketika kami menjenguknya, sekitar 2 bulan sebelum mas kun meninggal. Yang kala itu masih semangat akan ikut UAS, akan lulus tepat waktu. Sampai akhirnya kanker kelenjar getah bening dengan cepat menggerogoti ketahanan tubuhnya, dan akhirnya menjadi jalan pertemuannya dengan Rabbnya. Semoga Allah mengampuni dosanya, melapangkan kuburnya, memberikan tempat terbaik di sisiNya. Ya Allah, pasti saya juga akan mengalaminya, entah kapan.
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami”
Al-Qur’an surah Al-Anbiya’ surah ke 21 ayat ke 35
ya, terkadang kita terlalu berjibaku dengan urusan dunia. malah melalaikan bahwa suatu hari nanti kita pasti akan mati. Tapi itulah manusia, tidak merasa cepat puas.
ReplyDeleteklo membaca ini teringat dengan peristiwa 12 tahun yang lalu, tentang kehilangan salah satu keluarga saya. Tapi itulah takdir, riris pernah bilang gini kan ya. "agar kita bisa memaknai hikmah dibalik ketentuan Nya".
Amin, semoga kita selalu bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian, untuk bekal "berpulang"
ReplyDelete