Woww.. akhirnya buka blog ini lagi. Barusan saya buka milis himpunan mahasiswa kampus almamater setelah lama banget tidak membukanya. Ternyata sedang membahas masalah klasik yang setiap tahun selalu hangat dibicarakan, apalagi kalau bukan tentang pengkaderan, maklum ini tahun ajaran baru. Membaca beberapa email, saya menemukan email dari salah satu alumni yang menanyakan dengan tanda pentung apakah panitia berani melanjutkan sistem pengkaderan yang selama ini ada dan tentunya dengan segala resikonya. Yup, tulisan itu tepat membuka kembali salah satu kisah dramatis dalam hidup saya. Saat saya bersama ketua himpunan mahasiswa dan ketua panitia kegiatan “dipanggil” ke ruangan PR III (Pembantu Rektor bidang 3, bagian kemahasiswaan) selama 2 jam, dan akhirnya muncul ancaman dengan menggunakan kata skorsing. Eh, panjang deh kalau kisah itu diterusin, saya nyolokin modem hari ini bukan untuk itu . :)
Setiap orang hidup dengan setumpuk kenangannya masing-masing. Dengan semua kenangan itu kita menjalani hidup kita hari ini dan mungkin juga hari-hari ke depan. Kenangan itu juga yang banyak mempengaruhi kita dalam memandang sesuatu. Siapa kita hari ini terbentuk oleh banyak sekali hal yang telah kita alami, yaah walaupun memang kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang dialami orang lain. Tapi apa yang kita alami sendiri pastinya lebih membekas, lebih tajam menghujam, lebih dalam tertanam.
Kenangan itu semacam nilai awal yang sangat mempengaruhi output suatu proses. Weitss jadi ingat kuliah sistem linier. Dalam hidup banyak sekali yang terjadi, bagaikan naik rollercoster, kadang di atas ada kalanya meluncur ke bawah. Toh semua ada masanya, semua akan berlalu menjadi kenangan, entah itu manis, pahit, asin, asem, atau sekedar hambar.
Tapi kenangan tetaplah kenangan, sudah tertinggal jauh di belakang. Tidak perlu larut mempertahankan, jadikan dia pelajaran. Karena tidak ada kesia-siaan.
Stop! Padahal saya hanya ingin menulis ini : Dengan salah satu kenangan dramatis itu, saya tidak akan menanyakan dengan tanda pentung kepada adek-adek panitia pengkaderan, karena saya sudah pernah merasakan bagaimana menanggung resikonya. Mereka pasti paham apa yang seharusnya mereka lakukan. #sikap
terkadang yang sudah lebih dulu lulus, ingin menerapkan sistem yang sama ketika kaderisasi mereka yang dulu dan mungkin cukup keras. karena mungkin juga ingin membalas dendam, jadilah begitu. pendapat aja sih. hehe
ReplyDeletesikap yg bijak :)
ReplyDeleteMungkin, tapi memang sulit menyimpulkan niat seseorang hanya dari satu pendapatnya saja, kecuali orang itu langsung mengemukakan alasannya :)
ReplyDeleteAmin, hanya curhat :)
ReplyDeletecurhat tapi bisa diambil hikmahnya oleh pembaca lain, salut ! :P
ReplyDeleteAlhamdulillah kalau ada yang bisa diambil hikmahnya, makasih mbak ely :)
ReplyDelete